Aksi Kamisan: Menegaskan Kembali Pentingnya Perlindungan HAM
Sudah hampir dua dekade, setiap hari Kamis sore, sekelompok orang berkumpul di depan Istana Merdeka, Jakarta, mengenakan pakaian serba hitam https://www.aksikamisan.net/ dan payung hitam. Mereka adalah peserta Aksi Kamisan, sebuah gerakan simbolis yang menuntut penuntasan kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) berat di masa lalu dan memastikan perlindungan HAM di masa kini. Gerakan ini, yang dimulai pada tahun 2007, adalah pengingat konstan bagi pemerintah dan masyarakat bahwa persoalan HAM tidak boleh dilupakan.
Sejarah dan Makna Aksi Kamisan
Aksi Kamisan digagas oleh keluarga korban pelanggaran HAM, seperti kasus Tragedi Semanggi, Tragedi Trisakti, hingga penghilangan paksa aktivis. Dengan berpayung hitam, mereka melambangkan duka yang tak berkesudahan dan harapan yang terus dibawa di tengah hujan ketidakadilan. Gerakan ini bukan sekadar unjuk rasa, melainkan sebuah ritual perlawanan yang damai dan konsisten. Setiap payung hitam yang terbuka adalah cerminan dari kesaksian dan perjuangan individu yang menolak lupa. Aksi ini menjadi ruang bagi para korban dan keluarganya untuk bersuara, mengurai benang kusut keadilan yang tak kunjung terjalin.
Pentingnya Aksi Kamisan dalam Perlindungan HAM
Aksi Kamisan memiliki peran krusial dalam lanskap perlindungan HAM di Indonesia. Pertama, aksi ini berfungsi sebagai pengingat publik yang kuat. Di tengah arus informasi yang cepat dan terkadang memudarkan memori kolektif, Aksi Kamisan menjaga agar kasus-kasus pelanggaran HAM berat tetap menjadi isu yang relevan. Kehadiran mereka setiap minggu menjadi desakan moral bagi pemerintah untuk mengambil langkah nyata dalam menyelesaikan kasus-kasus tersebut, mulai dari pengungkapan kebenaran hingga pemulihan hak-hak korban.
Kedua, Aksi Kamisan merupakan bentuk advokasi yang non-konvensional. Tanpa teriakan atau spanduk yang provokatif, mereka hanya berdiri dalam diam, mengirimkan pesan yang jauh lebih kuat. Aksi ini menunjukkan bahwa perjuangan HAM bisa dilakukan dengan cara yang damai namun tegas. Ini juga menjadi inspirasi bagi banyak orang untuk berani menyuarakan kebenasan tanpa harus takut.
Menguatkan Kembali Komitmen Pemerintah dan Masyarakat
Sayangnya, hingga kini banyak tuntutan Aksi Kamisan belum terpenuhi. Kasus-kasus seperti Tragedi 1965, Talangsari, dan Waisor masih menunggu penyelesaian yang adil. Situasi ini menunjukkan masih adanya pekerjaan rumah yang besar bagi negara. Aksi Kamisan adalah bukti nyata bahwa masyarakat terus mengawasi dan menuntut pertanggungjawaban. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk tidak mengabaikan tuntutan ini.
Penyelesaian kasus pelanggaran HAM masa lalu bukan hanya soal menuntaskan janji, tetapi juga tentang membangun pondasi kokoh bagi masa depan. Sebuah bangsa yang gagal mengakui dan menyelesaikan kesalahan masa lalunya akan sulit untuk melangkah maju dengan integritas. Aksi Kamisan mengingatkan kita semua bahwa perlindungan HAM adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga setiap warga negara. Kita semua harus menjadi payung bagi mereka yang tertindas.